Saturday, June 27, 2009

HaTi SeORANG AyAH

Suatu ketika, ada seorang anak perempuan yang bertanya kepada ayahnya, tatkala tanpa sengaja dia melihat ayahnya sedang mengusap wajahnya yang mulai berkerut-merut dengan badannya yang terbongkok-bongkok, disertai suara batuk-batuknya. Anak perempuan itu bertanya pada ayahnya : "Ayah, mengapa wajah ayah kian berkerut-merut dengan badan ayah yang kian hari kian membongkok ?"

Demikian pertanyaannya, ketika ayahnya sedang berehat di beranda. Si ayah menjawab : "Sebab aku lelaki."

Anak perempuan itu berkata sendirian : "Aku tidak mengerti".

Dengan kerut-kening kerana jawapan ayahnya membuatnya termenung rasa kebingungan. Ayah hanya tersenyum, lalu dibelainya rambut anaknya itu, terus menepuk-nepuk bahunya, kemudian si ayah mengatakan : "Anakku, kamu memang belum mengerti tentang lelaki."

Demikian bisik Si ayah, yang membuat anaknya itu bertambah kebingungan.

Kerana perasaan ingin tahu, kemudian si anak itu mendapatkan ibunya lalu bertanya kepada ibunya : "Ibu, mengapa wajah Ayah jadi berkerut-merut dan badannya kian hari kian membongkok? Dan sepertinya ayah menjadi demikian tanpa ada keluhan dan rasa sakit ?"

Ibunya menjawab : "Anakku, jika seorang lelaki yang benar-benar bertanggungjawab terhadap keluarga itu memang akan demikian."

Hanya itu jawapan si ibu. Si anak itupun kemudian membesar dan menjadi dewasa, tetapi dia tetap juga masih tercari-cari jawapan, mengapa wajah ayahnya yang tampan menjadi berkerut-merut dan badannya menjadi membongkok?

Hingga pada suatu malam, dia bermimpi. Di dalam mimpi itu seolah-olah dia mendengar suara yang sangat lembut, namun jelas sekali. Dan kata-kata yang terdengar dengan jelas itu ternyata suatu rangkaian kalimah sebagai jawapan rasa kebingungannya selama ini.

"Saat Ku-ciptakan lelaki, aku membuatnya sebagai pemimpin keluarga serta sebagai tiang penyangga dari bangunan keluarga, dia senantiasa akan berusaha untuk menahan setiap hujungnya, agar keluarganya merasa aman, teduh dan terlindung."

"Ku ciptakan bahunya yang kuat dan berotot untuk membanting-tulang menghidupi seluruh keluarganya dan kegagahannya harus cukup kuat pula untuk melindungi seluruh keluarganya. "

"Ku berikan kemahuan padanya agar selalu berusaha mencari sesuap nasi yang berasal dari titisan keringatnya sendiri yang halal dan bersih, agar keluarganya tidak terlantar, walaupun seringkali dia mendapat cercaan dari anak-anaknya" .

"Ku berikan keperkasaan dan mental baja yang akan membuat dirinya pantang menyerah, demi keluarganya dia merelakan kulitnya tersengat panasnya matahari, demi keluarganya dia merelakan badannya berbasah kuyup kedinginan dan kesejukan kerana tersiram hujan dan dihembus angin, dia relakan tenaga perkasanya dicurahkan demi keluarganya, dan yang selalu dia ingat, adalah di saat semua orang menanti kedatangannya dengan mengharapkan hasil dari jerih-payahnya. "

"Kuberikan kesabaran, ketekunan serta kesungguhan yang akan membuat dirinya selalu berusaha merawat dan membimbing keluarganya tanpa adanya keluh kesah, walaupun di setiap perjalanan hidupnya keletihan dan kesakitan kerap kali menyerangnya" .

"Ku berikan perasaan cekal dan gigih untuk berusaha berjuang demi mencintai dan mengasihi keluarganya, di dalam suasana dan situasi apapun juga, walaupun tidaklah jarang anak-anaknya melukai perasaannya, melukai hatinya.

Padahal perasaannya itu pula yang telah memberikan perlindungan rasa aman pada saat dimana anak-anaknya tertidur lelap. Serta sentuhan perasaannya itulah yang memberikan kenyamanan bila saat dia sedang menepuk-nepuk bahu anak-anaknya agar selalu saling menyayangi dan saling mengasihi sesama saudara."

"Ku berikan kebijaksanaan dan kemampuan padanya untuk memberikan pengertian dan kesedaran terhadap anak-anaknya tentang saat kini dan saat mendatang, walaupun seringkali ditentang bahkan dikotak-katikkan oleh anak-anaknya. "

"Ku berikan kebijaksanaan dan kemampuan padanya untuk memberikan pengetahuan dan menyedarkan, bahawa isteri yang baik adalah isteri yang setia terhadap suaminya, isteri yang baik adalah isteri yang senantiasa menemani, dan bersama-sama menghadapi perjalanan hidup baik suka mahupun duka, walaupun seringkali kebijaksanaannya itu akan menguji setiap kesetiaan yang diberikan kepada isteri, agar tetap berdiri, bertahan, sepadan dan saling melengkapi serta saling menyayangi."


"Ku berikan kerutan diwajahnya agar menjadi bukti, bahawa lelaki itu senantiasa berusaha sekuat daya fikirnya untuk mencari dan menemukan cara agar keluarganya dapat hidup di dalam keluarga bahagia dan badannya yang terbongkok agar dapat membuktikan, bahawa sebagai lelaki yang bertanggungjawab terhadap seluruh keluarganya, senantiasa berusaha mencurahkan sekuat tenaga serta segenap perasaannya, kekuatannya, kesungguhannya demi kelanjutan hidup keluarganya. "


"Ku berikan kepada lelaki tanggungjawab penuh sebagai pemimpin keluarga, sebagai tiang penyangga ( seri / penyokong ), agar dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya. Dan hanya inilah kelebihan yang dimiliki oleh lelaki, walaupun sebenarnya tanggungjawab ini adalah amanah di dunia dan akhirat."

Terkejut si anak dari tidurnya dan segera dia berlari, berlutut dan berdoa hingga menjelang subuh. Setelah itu dia hampiri bilik ayahnya yang sedang berdoa, ketika ayahnya berdiri si anak itu menggenggam dan mencium telapak tangan ayahnya. "Aku mendengar dan merasakan bebanmu, ayah."



Nota : Bila ayah anda masih hidup jangan sia-siakan kesempatan untuk membuat hatinya gembira. Bila ayah anda telah tiada, jangan putuskan tali silaturahim yang telah dirintisnya dan doakanlah agar Allah selalu menjaganya dengan sebaik-baiknya. InsyaAllah.. .

PARENTS ARE PRECIOUS!!

This was narrated by an IAF pilot at a Seminar recently on Human Relations :
Komander Ali Halimah (who works for IIT) describes how his gesture of booking an air ticket for his father, his maiden flight, brought forth a rush of emotions and made him (Ali ) realize that how much we all take for granted when it comes to our parents.
My parents left for our native place on Thursday and we went to the airport to see them off. In fact, my father had never traveled by air before, so I just took this opportunity to make him experience the same. In spite of being asked to book tickets by train, I got them tickets on Jet Airways. The moment I handed over the tickets to him, he was surprised to see that I had booked them by air. The excitement was very apparent on his face, waiting for the time of travel. Just like a school boy, he was preparing himself on that day and we all went to the airport, right from using the trolley for his luggage, the baggage check-in and asking for a window seat and waiting restlessly for the security check-in to happen. He was thoroughly enjoying himself and I, too, was overcome with joy watching him experience all these things.
As they were about to go in for the security check-in, he walked up to me with tears in his eyes and thanked me. He became very emotional and it was not as if I had done something great but the fact that this meant a great deal to him. When he said thanks, I told him there was no need to thank me. But later, thinking about the entire incident, I looked back at my life. As a child, how many dreams our parents have made come true. Without understanding the financial situation, we ask for cricket bats, dresses, toys, outings, etc. Irrespective of their affordability, they have catered to all our needs. Did we ever think about the sacrifices they had to make to accommodate many of our wishes? Did we ever say thanks for all that they have done for us? Same way, today when it comes to our children, we always think that we should put them in a good school. Regardless of the amount of donation, we will ensure that we will have t give the child the best, theme parks, toys, etc. But we tend to forget that our parents have sacrificed a lot for our sake to see us happy, so it is our responsibility to ensure that their dreams are realized and what they failed to see when they were young. It is our responsibility to ensure that they experience all those and their life is complete.

Many times, when my parents had asked me some questions, I have actually answered back without patience. When my daughter asks me something, I have been very polite in answering. Now I realize how they would have felt at those moments. Let us realize that old age is a second childhood and just as we take care of our children, the same attention and same care needs to be given to our parents and elders. Rather than my dad saying thank you to me, I woul want to say sorry for making him wait so long for this small dream. I do realize how much he has sacrificed for my sake and I will do my best to give the best possible attention to all their wishes.

Just because they are old does not mean that they will have to give up everything and keep sacrificing for their grandchildren also. They have wishes, too.

Take care of our parents. THEY ARE PRECIOUS.